Sabtu, 25 Desember 2010

Jelang Pilkada Ulang Tangsel Para Tim Sukses Mati Suri Kini Muncul Kampanye Hitam Kwadrat Dari Para Simpatisan Yang Powerful

"Pilkada Hebat" Tangerang Selatan 13 Nov 2010

Keputusan MK tentang Pilkada Ulang Tangsel jelas membuat Riang Penggugat namun Meriang Bagi Tergugat/Terkait. Periksa putusan MK tersebut disini :

(http://www.facebook.com/note.php?note_id=472492302342%EF%BB%BF)

Para pihak terkait kini sibuk dengan masalahnya sendiri sehingga bisa jadi persiapan jelang Pilkada Ulang kelak bakall terkoyak. Sebelum masuk ketopik tulisan, saya berandai-andai menuliskan kemungkinan yang dialami Kubu Airin - Benyamin (Tentang Arsid -Andre, KPUD dan Panwaslu ada di tulisan tersendiri) :

  1. PNS Yang Tidak Netral, Laporan KIPP (Komite Independen Pemantau Pemilu) terhadap 18 PNS telah masuk ke Mendagri berikut tembusannya bakal membuat mereka kalang kabut, tidur tak nyenyak, nafaspun berat, hilangnya nikmat melihat final bola AFF. ( http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/12/19/37305/Mendagri-Diminta-Beri-Sanksi-18-Pejabat-Tangsel/ )
  2. Tim Sukses Airin - Benyamin, nyalinya mengkerut, badan mengering, keringat dingin menetes tak henti segede jagung, menyesali kinerja mereka yang tidak optimal, hanya melaporkan yang indah-indah belaka. Malangnya mereka kini, mencari selisih angka 0 sekian persen saja sudah ampun-ampunan kemarin bagaimana dengan kelak di Pilkada Ulang? Tidaklah semudah angan apalagi bila dana operasionalnya dibuat ciut tidak seroyal sebelumnya namun kinerja harus overdosis, sebagai hukuman dari kinerja yang ala kadarnya kemarin.
  3. Partai Pendukung Airin, yang sebelumnya ngandalin Airin sekaligus ngadalin, mengaku sudah bekerja keras namun tak berbekas, semprotan sang juragan tak ayal pasti diterima belum lagi terancam pecahnya dukungan arus bawah di Pilkada Ulang kelak.

Semoga mereka tidak pada stress berat kasihan keluarga dan sanaknya walau sudah ada tempat buat menampung mereka. (Link)

Namun di jagat maya Facebook, yang kini menjadi bagian terpenting dari perangkat komunikasi interaktif masa depan, rupanya pertarungan dan semangat keberpihakan masih begitu kuat dan cenderung makin hangat dan panas. Banyak akun bermunculan dan lantang membeberkan aib cela lawan, dari ujung kaki sampai kopyah kerudungpun tak terhindarkan jadi ajang teriakan, meyakini sepenuhnya pihak seberang adalah yang paling kotor, penuh cela dan noda tanpa berkehendak melihat cermin dan membaca realita hukum yang ada.

Bagi saya yang hanya seorang PEMILIH belaka bukan PEMIHAK seperti mereka, ada banyak hal yang bisa dipetik dari hamburan kata yang ada, yaitu :

  1. Sebagai Pemilih saya tetap akan yakin dengan Pilihan saya bila hamburan kata tersebut hanyalah ungkapan kalap tanpa makna, apalagi saat mereka tak mampu menyediakan data dukungan yang dapat diteruskan ke Pihak yang berwenang, Panwaslu. Atau sekedar mencomot berita dari Media yang tak jelas siapa pemiliknya atau mencomot dari Media Kredible namun hanya karena judulnya belaka tanpa mampu menguyah isinya.
  2. Namun sebaliknya pula bila ungkapan itu mengandung kebenaran maka sudah selayaknya pihak yang disebut berupaya mawas diri dan segera mengoreksi kekeliruannya sedapat dan secermat mungkin tanpa harus berbuat anomali yang akhirnya menjadi onak dikelak nanti.
  3. Ini yang paling lucu unik dan menarik adalah kala ada yang memaki MK dan mengecilkan keputusannya, tak hanya simpatisan yang berlaku demikian, pejabat publik yang terkait kasus itupun setali tiga uang konyolnya. Susah saya memahami pola pikir ini, sampai habis kopi dua gelaspun tak mampu saya memahami isi benak mereka.

Saya tak berkehendak menilai siapa mereka dan motif apa dibaliknya, karena hak berbicara dan melampiaskan perasaan dijamin undang-undang di negeri ini. Walau hakikinya kebebasan tersebut dibatasi oleh kebebasan pihak lain, semuanya memiliki konsekwensi hukum bila ungkapan tersebut tidak ada fakta dan data pendukungnya.

Yang saya istilahkan sebagai Kampanye Hitam Kwadrat, kala A membeber cela B dan atau sebaliknya, begitu terus menerus, yang kemudian menjadi konsumsi publik dan akhirnya menjadi bagian dari terbentuknya opini-opini baru yang dapat menurunkan kredibilitas lawan namun mampu mengeliminer kesalahan kawan.


Apakah ini negatif?

Bagi saya perilaku ini adalah enerji luar biasa dari masyarakat Tangsel yang bila disalurkan pada tempat yang pas akan sangat berguna kelak sebagai media kontrol kepada para pejabat publiknya. Dan menjadi corong kritis berdampingan dengan Media lain yang memang kadang harus berseberangan dengan nalar masyarakat pada kondisi tertentu.

Dan pertanyaan pentingnya adalah, bila mereka mampu berjibaku memaki lawan idolanya, akankah mereka juga akan mau mengkritisi idolanya?


Sebuah pertanyaan sederhana, yang tak akan pernah dijawab oleh para Kritikus Bayangan, Bayaran, Titipan, Tukang Kompor dan Psycopat yang bisa jadi bersliweran di Pilkada Tangsel ini tanpa kita sadari.

Adakah mereka?

Pamulang, jelang malam

Sabtu 25, Des 2010