Di Pilkada ini bagi saya yang tak kalah penting untuk dicermati adalah keberadaan Partai-partai yang merupakan kepanjangan tangan bagi Masyarakat Tangsel dalam kehidupan Tata Politik dan Pemerintahan di Tangerang Selatan.
- Seperti kita ketahui bersama, Airin-Benyamin didukung oleh 9 (sembilan) Partai Golkar, Partai Demokrat, PDI Perjuangan, PKS, PAN, PDS, PKB, PPDI dan PKPI. Dengan jumlah kursi di DPRD sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kursi.
- Sementara Arsid-Andre Taulany hanya didukung oleh 4 (empat) PPP, PBB, Hanura, dan Gerindra. Dengan jumlah kuris di DPRD sebanyak 7 (tujuh) kursi.
Catatan penting perihal kiprah Parpol yang dapat saya susun sebagian adalah :
- Hasil Pilkada Tangsel dan diharuskanya ada Pilkada Ulang membuktikan tidak bekerjanya partai politik sebagai mesin pengusung dalam memberikan dukungan kepada masing-masing calonnya. Anggota DPRD nya hanya memanfaatkan kebesaran nama Partai pada masa kampanye belaka, menjadi aktor/aktris panggung terbuka. Habis itu sudah, terserah saja gimana baiknya.
- Parpol lebih digunakan pada proses administrasi seseorang untuk maju dalam Pilkada, yang pada sisi negatifnya dapat pula difungsikan sebagai pengganjal bagi para calon yang ingin bertarung namun tak dikehendaki.
- Masing-masing anggota DPRD Kota Tangsel (khususnya yang telah mendukung Airin) tentunya memiliki basis konstituen yang jelas, namun apa lacur para anggota DPRD tersebut tidak mampu meng-optimalkannya. Padahal dana dari pemodal mestinya ada untuk itu, atau kalaupun tanpa modal mesin di grass root semestinya mampu digerakkan.
- Parpol gagal menjadi "watch dog" bagi pasangan yang mereka dukung agar bermain dengan cantik bahkan cenderung melakukan pembiaran-pembiaran secara systematis demi kemenangan pasangan yang diusung. Saya sebutkan pembiaran karena dengan adanya basis konstituen ke grass root tentulah semudah membalik tangan kalau hanya membentuk semacam pemantau dilapangan untuk mencari celah kecurangan apa saja yang sedang terjadi.
Inilah fakta yang terjadi dalam setiap Pilkada di setiap daerah dan kini terjadi pula di Pilkada Tangsel yang lalu. Partai politik tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur kemenangan. Apalagi untuk daerah perkotaan seperti Tangerang Selatan yang tingkat pendidikan dan kualitas berfikir masyarakat lebih teruji.
Bila pada ujian pertama saja (Pilkada) Para Partai tidak mampu menujukkan GIGI-nya, lalu bagaimana kelak di Pilkada Ulang dan 5 (lima) tahun kedepan?
- Pilkada Ulang kelak pasti menjadi ajang Pembuktian dan Balas Budi Parpol kepada pasangan yang diusung bahwa mereka telah bekerja super keras, lebih keras dari sebelumnya.
- Tindak lanjut poin pertama, Parpol harus tetap liat dan solid walau mendapati kenyatan Pilkada Ulang tersebut harus terjadi karena adanya permainan kotor yang sistemik dari pasangan yang diusung, sebuah pilihan dilematis antara idealisme dan kompromi politik, antara kehormatan pribadi dengan solidaritas kelompok.
- Imbas dari menjaga soliditas kelompok dengan tetap mengusung pasangan yang didukung adalah perilaku khianat terhadap Amanah Rakyat Tangsel yang mendambakan kejujuran dalam berpolitik, nama mereka (bukan partai dimana mereka bernaung) menjadi pertaruhan, kepercayaan rakyat pemilihnya kala itu, yang saat memilih tentunya tidak menginginkan seorang wakil rakyat yang buta terhadap realita hukum dan mencederai nurani rakyat pemilihnya.
- Jangka panjangnya, akankah mereka mampu menjadi jembatan, kepanjangan tangan memperjuangkan kebutuhan dan keinginan masyarakatnya bila diujian pertama kiprah mereka yang langsung menyentuh kepada rakyat melalui Pilkada langsung saja mereka tak mampu menyuarakan suara kebenaran.
- Mampukah mereka kelak menjadi watch dog bagi kebijakan publik yang digulirkan oleh Eksektuif yang nota bene adalah pilihan mereka sendiri.
Saya sangat tertarik jargon dari Simpatisan Pendukung Airin yang berbunyi :
SEMBILAN PARTAI POLITIK DI TANGSEL PENDUKUNG NO.4 AIRIN-BENYAMIN SURPLUS DENGAN SUMBERDAYA, SIAP PASANG STRATEGI BARU UNTUK MENATA TANGSEL RUMAH KITA BERSAMA SAMPAI KE AKAR RUMPUT, MASYARAKAT PALING BAWAH.
Namun Parpol khususnya para anggota serta para pelaku politik praktis juga paham benar makna tulisan berikut :
MK menilai, proses pemilihan kemarin yang memenangkan pasangan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie penuh kecurangan dan kental dengan keterlibatan birokrasi pemerintahan untuk memenangkan pasangan nomor urut 4 ini. Akibatnya MK membatalkan keputusan KPU Tangsel tentang penetapan hasil perolehan suara Pemilukada. Kemudian MK memerintahkan kepada KPUD untuk melakukan pemungutan suara ulang di semua TPS se-Kota Tangsel. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/12/10/11575523/MK.Pilkada.Tangsel.Harus.Diulang
Silahkan bekerja keras sekeras-kerasnya, karena kelak anda bekerja untuk rakyat bukan untuk pasangan yang kalian usung kini.
Ada yang berkata Suara Rakyat Adalah Suara Tuhan,
Namun saya lebih menyukai jargon Suara Rakyat Adalah Suara Kebenaran
Dan kebenaran itu di Amanahkan kepada Anda Para Wakil Rakyat bukan kepada yang lainnya bahkan bukan kepada Partai Anda sekalipun
Jadilah diri ANDA sendiri, dan jadikanlah RAKYAT menjadi bagian diri ANDA
Pamulang, jelang sore
Nothing tulus (eh salah ya nulisnya ... ?)
Minggu, 26 Des 2010