Jumat, 14 Januari 2011

Jelang Pilkada Ulang (PSU) Tangsel 27 Feb 2011 Benarkah Mediapun Juga Akan Terbeli, Setelah Siapapun Akan Dibeli? Mengenaskan :(

Rasanya jelang PSU kelak ada strategi baru semua lini akan dibabat habis untuk mendulang kemenangan, termasuk Media Masa baik Cetak maupun Elektronik, suatu hal yang wajar-wajar saja, namun jadi tidak wajar bila :

  1. Berita Dibeli, Insan Persnya Dibekali
  2. Berita Tak Berimbang, Opini Editor Yang Dikembang
  3. Tanggapan Dimoderasi, Yang Tak Sepaham Dihabisi
  4. Judul Provokatif, Isinya Subyektif (biasanya ini strategi untuk mengedarkan isu cepat melalui Twiter atau Facebook karena share link-nya yang tampil adalah Judul Heboh tersebut)

Tak ada maksud saya meledek insan Media apapun bentuknya, seberapapun gede oplahnya, skala Lokal pun Nasional. Saya hanya mengharapkan Media menjadi sumber informasi pembanding terhadap isu-isu yang merebak, gosip-gosip yang berkembang.

Dulu Media adalah Sumber Informasi yang mana para Pembacanya dipaksa untuk menelan apa pun yang Mereka Tulis, bila melakukan tanggapan atau keberatan, pembaca harus menulis di Surat Pembaca yang butuh waktu untuk direspons, kalau tidak ya masuk kotak sampah. Ini yang dikatakan Menara Gadingnya Media, Untouchable, sehingga bila Media dapat dibeli, selesai sudah Opini Publik dibangun.

Namun apa lacur, kini Media sudah lebih interaktif, khususnya Media Cetak dengan versi online-nya, dimana ditiap berita tertayang dilengkapi dengan fasilitas reply langsung, sehingga interaksi dengan pembaca dapat terjalin dengan baik. Hari ini tayang, sedetik kemudian tanggapan bermunculan, good news bad news, semua dapat beredar dalam hitungan detik.

Era Menara Gading Media sudah runtuh seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi, Netter, Facebooker dan Blogger adalah Penantang Utama Media Pesanan, sembari mancing, sembari sepedahan, sembari momong bocah, sembari tiduran, 3 (tiga) kelompok tersebut mampu membalik Berita Berongkos Tinggi menjadi Barang Tak Berarti.

Dimana Mengenaskannya?

  1. Mengenaskan bila Media dapat terbeli, karena kemandirian hanya sebatas Jargon belaka.
  2. Mengenaskan bagi yang Membeli, pinginnya membangun opini mendulang simpati dapatnya sakit hati.

Kalau kini membeli Media sama juga Bunuh Diri, kenapa tak coba beli Netter Iseng, Facebooker Criwis atawa Blogger Jahil, Murah Meriah dan Bisa Tak Terkendali. :)

Atau bikin Media Sendiri, Tulis Sendiri, Bikin Reply Sendiri, Diedar dikalangan sendiri dan Kalau sempat ya dibaca sendiri serombongan, macam Majalah Dinding itu lho. Rama-ramai sendiri, sedih-sedih sendiri, marah-marah sendiri (dangdut mode on)

Oke ya, udahan dulu, sorry-sorry Jack, kalau aku menyinggung kamu (Keong Racun mode on)

Oya sebelum saya akhiri saya kutip disclaimer yang biasa dipasang pada reply posting suatu berita :

Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.

Welcome to Cyber War bukan Cyber Crime.

Mari beradu fakta dan data dalam goresan pena dan rangkaian kata, bukan adu kepala atau kaki, kepalan atau tendangan, karena terbayar dan mampu bayar.

See you all. ..

Pamulang, jelang sholat Jum'at

(diedit lagi habis Jum'atan bila perlu)

Jum'at 14 Januari 2011

Notes :

Sekali lagi saya tidak berkehendak menyinggung para insan media sebagai pribadi, yang mungkin kini posisinya ada dalam system yang memaksanya untuk menjalankan tugas sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku.